Akan kah seperti Hasna??

Minggu, 17 Oktober 2010

Judul asli ; Hasna, jemput ayah dan bunda di jannah, ya…sayang ?!

Author: ferryzuljanna. 12 October 2006 : 9:48 am.

Pukul satu Jum’at dini hari, saya terbangun oleh gugahan istri saya.
“Abi, telefon!”, sambil menyodorkan ponsel kepada saya.
Tidak biasanya, saya fikir. Dari layar ponsel saya melihat sebuah nama, Yusuf Baidillah. Pak Yusuf adalah kabid Ibadah di DKM Al-Ikhlas, masjid perumahan cluster kami.

Wa’alaykum salam pak Yusuf, saya menjawab salamnya.

“Pak Ferry, Hasna sudah berpulang ke rahmatullah lima menit yang lalu.”

“Inna lillahi wa inna ilayhi rooji’uun!”. Terperanjat saya, terduduk lemas, dan hilang kantuk saya seketika.

“Jenazahnya akan dibawa kesini segera. Bapak-bapak yang lain akan saya beritahu.”

Saya menutup ponsel setelah menjawab salamnya kembali.
Subhanallah, Maha Suci Allah, Ia berkenan memanggil Hasna malam ini. Di bulan yang indah, bulan penuh berkah, Ramadhan 1427 Hijriah, dalam umurnya yang baru lima tahun.

Hasna adalah putri dari pak Hilmy Riva’i, wakil ketua DKM perumahan kami, anak kedua sekaligus bungsu dari dua bersaudara. Ia cantik dan shalihah. Ia suka ke masjid dengan ibunya, menemani sambil bercanda dengan Yasmin dan Ridho, anak-anak saya yang umurnya sebaya.

Sepekan sebelum meninggalnya, saat ibu-ibu tadarus di masjid, ia berkeliling, menyalami semua ibu-ibu yang hadir sambil mencium tangan mereka. Istri saya terharu, “Duh, shalih sekali anak ini”. Itulah terakhir kali istri saya melihatnya.

Hasna terkena penyakit DSS, suatu tahapan terparah dari perjalanan penyakit demam berdarah. Demam berdarah bila tdk mendapatkan penatalaksanaan yg tepat bisa membawa penderita ke stadium syok, yaitu DSS atau Dengue Shock Syndrome, bila tak juga mendapat tatalaksana yangg tepat akan membawa pada kematian.. Tak ada bercak merah, yang ada hanya panas demam yang turun setelah meminum obat dari dokter setempat, tapi kemudian muntah darah sehari kemudian.

Pak Hilmy pulang dengan hati gundah gulana, hatinya semakin trenyuh saat melihat anaknya terbaring dan mendengarnya berkata,
“Papah, maapin Hasna ya. Mamah, maapin Hasna ya”.

“Ya Allah, anakku berkata begitu, padahal ia belum terkena dosa, dia masih suci”. Hati pak Hilmy menjerit.

Opname dilakukan selama empat hari. Selama itu pula serangan virus DSS semakin menjadi. Trombosit bukan serangan utama. Virus itu menyerang plasma darah yang menuju otak. Cara kerjanya mengerikan. Awalnya hati yang diserang, kemudian dua belas jam berikutnya menuju otak. Setelah otak lumpuh, ia menyerang paru-paru, kemudian jantung, lalu ginjal.

Delapan belas jam sebelum berpulangnya, setelah sahur, pak Hilmy menyapa anaknya yang sedang koma itu. Ia memandang keadaan tubuh Hasna yang sudah mendapatkan pompaan nafas dari mesin, dengan transfusi darah menusuk ke bawah kulitnya.

Matanya sembab. Ia berkata,
“De’, kalau Ade’ masih mau bersama dengan papah dan mamah, masih mau ketemu teman-teman di Adipura, Ade’ harus kuat. Ade’ lawan penyakitnya sekuat tenaga.

Tapi kalo Ade’ sudah nggak tahan, Ade’ sudah mau ketemu sama Allah, insya Allah papah ikhlas melepas kepergian Ade’.”
Pak Hilmy lalu terdiam, sembabnya berubah menjadi genangan.
Hasna, dalam keadaannya yang koma, tak bisa menjawab dengan mulutnya. Tapi, buliran air mata mengalir menuruni pelipisnya.
Dalam dini hari berikutnya, Hasna menyerahkan dirinya ke pangkuan Allah SWT.

Hasna Nuzula Laila, doa kami mengiringimu, melantunkan permintaan yang terdalam dari papah dan mamahmu.
“Hasna, jemput ayah dan bunda di surga ya …”



sumber: oaseimani,com

0 komentar: